Keberadaan Dunia Ghaib
Keberadaan Dunia Ghaib - Keberadaan tentang dunia ghaib, sulit di lepaskan dalam kehidupan religius masyarakat Indonesia. Sejak dulu, bahkan sebelum nenek moyang kita mengenal tentang sistem kepercayaan Monoteisme, kehidupan purba sudah diselimuti kabut tentang hal hal mistis, dengan implementasi berupa dua sistem kepercayaan, animisme dan Dinamisme.
Dalam dua kepercayaan kuno tersebut, kata 'Jiwa' dan 'Roh' sudah sangat lazim terdengar. Namun, kadang orang bertanya, apa perbedaan antara jiwa dan roh?
Jiwa dan roh adalah dua hal yang sama dalam hal penggunaaannya dalam kehidupan rohani bagi orang orang yang percaya. Perbedaannya terletak dalam hal acuannya. Jiwa adalah paradigma manusia secara horizontal terhadap dunia. Sedangkan “Roh” adalah paradigma manusia secara vertikal dengan Tuhan. Adalah sebuah hal yang penting untuk memahami bahwa keduanya mengacu pada bagian non-materi dari manusia, namun hanya “roh” lah yang menunjuk pada kehidupan manusia dengan Tuhannya. “Jiwa” menunjuk pada kehidupan manusia di dunia, baik secara materi ataupun non-materi.
Kita mengetahui tubuh terdiri jasad fisik(kasar) dan roh(Halus). Setelah meninggal, jasad fisik manusia dikubur untuk kembali ke asalnya, yaitu tanah. Sedangkan, roh kita meninggalkan jasad dan memasuki alam kubur untuk beristrirahat sementara sebelum kiamat datang menghampiri kehidupan umat manusia didunia. Namun tak jarang keberadaan roh yang bergentayangan menjadi perdebatan.
Wajar, karena mekanisme roh itu hanya urusan Tuhan. Tetapi, masyarakat sering dibuat geger dengan cerita tentang kejadian roh atau arwah yang penasaran dan bergentayangan akibat kematian yang tidak wajar. Kehadiran legenda tentang kuntilanak yang diinterprestasikan akibat seorang wanita hamil yang meninggal tidak wajar. Atau pocong yang bergentayangan di alam manusia, karena lupa melepas tali pocong mayat. Semua itu, seakan menunjukkan tersangkanya roh atau arwah yang penasaran yang tidak di terima oleh Tuhan. Benarkah prasangka masyarakat itu? Arwah secara etimologi, adalah bentuk jamak dari roh.
Memang tentang alam ghaib itu seperti tidak masuk akal, atau boleh dikatakan keberadaan alam ghaib sesuatu yang tidak nyata. Pasalnya menurut pandangan mata secara langsung, alam ghaib itu tidak terlihat, dan memang tidak nyata adanya. Hal inilah sebagian banyak orang yang beranggapan, bahwa alam ghaib itu hanya fiktif belaka, dan sesuatu yang tidak bisa ditangkap oleh nalar dan akal sehat.
Namun , ternyata benar adanya bahwa alam ghaib itu ada. Sebagai manusia yang memiliki keyakinan dalam agama yang dianutnya, Bahwa Tuhan itu menciptakan segala sesuatu adalah Nyata, dan tidak pernah sesuatu yang diciptakan-Nya tersembunyi atau disembunyikan. Semua selalu diperlihatkan kepada kita. Lihat saja keadaan Alam jagat raya ini, dari yang tidak terlihat bisa terlihat, karena Tuhan menciptakan manusia juga dengan keadaan yang sempurna, yaitu manusia diberikan akal, pikiran serta kecerdasan. Dengan modal itulah manusia diberikan kebebasan untuk mencari dan mengungkap segala rahasia Tuhan yang benar adanya dan Nyata.
Memang penglihatan manusia tentu saja tidak bisa menjangkau benda yang berada di balik dinding. Contoh kecil diatas menunjukkan betapa indera yang dimiliki manusia mempunyai keterbatasan. Oleh karena itu, sangat naif jika ada orang-orang yang mendustakan hal-hal ghaib dengan mendewakan panca inderanya.
Merunut sejarahnya, secara psikologis, umat manusia mempunyai keingintahuan yang besar terhadap segala sesuatu yang bersifat ghaib, khususnya bila berhubungan dengan peristiwa dan kejadian di masa yang akan datang. Saking penasarannya, terkadang mereka menyempatkan diri untuk mendatangi peramal, baik dari golongan ahli nujum, dukun, ataupun 'orang pintar’. Kadang dengan cara mengait-ngaitkan sesuatu yang dilihat ataupun didengar, dengan kesialan atau keberhasilan nasib yang akan dialaminya (tathayyul). Dan ada kalanya pula dengan meyakini tafsir (takwil) mimpi yang diramal oleh orang pintar –menurut kepercayaan mereka. Nahasnya, orang yang dianggap paham akan hal ini justru mendapatkan posisi strategis di tengah masyarakatnya dan mendapat gelar kehormatan semacam orang pintar dan ahli supranatural. Bahkan gelar kebesaran ‘wali’ pun kadang kali disematkan untuk mereka.
Kondisi semacam ini tidak hanya terjadi pada masyarakat awam yang identik dengan keadaan buta aksara dan penduduk pedesaan semata. Namun kalangan ‘intelektual’ dan penganut modernis pun kenyataannya turut terkontaminasi dengan hal itu semua. Tidaklah mengherankan, jika kemudian berbagai macam ‘ilmu’ yang konon kabarnya dapat menyingkap perkara-perkara ghaib muncul ke permukaan, dan banyak dipelajari oleh sebagian masyarakat, meskipun dalam prakteknya kerap kali harus bekerja sama dengan jin dan penghuni alam ghaib lainnya.
Sebagai umat beragam, terlepas dari apapun kepercayaan yang anda yakini, keberadaan dunia ghaib, memanglah harus kita terima, sebab perkara ini memang di benarkan dalam kitab suci hampir semua agama di dunia.
Satu pertanyaan besar untuk anda, yang tidak mempercayai fenomena ini adalah, Jika anda tidak mempercayai eksistensi dari dunia halus ini, dengan alasan bahwa keterbatasan panca indera anda tidak mampu menangkapnya, apakah anda percaya pada Tuhan, yang keberadaan Nya juga sangat ghaib, dan tidak ada satupun panca indera anda yang bisa menangkap kehadiran-Nya secara nyata?
0 comments:
Post a Comment