Misteri Lorong Waktu
Misteri Lorong Waktu - Misteri hilangnya pesawat MH370 secara misterius memicu lahirnya berbagai macam teori penyebabnya, mulai dari yang masuk akal sampai yang terdengar gila. Salah satunya adalah teori tentang adanya lorong waktu. Beberapa cerita lama pun bermunculan kembali. Salah satunya adalah tentang fenomena ditemukannya kapten kapal Titanic beserta salah seorang penumpang yang masih selamat.
Anehnya, kedua orang ini ditemukan dalam keadaan nyaris sama sejak kapal Titanic yang legendaris itu tenggelam pada tahun 1912. Kapten Edward John Smith, misalnya, pada saat ditemukan, fisiknya nyaris sama sejak ia terakhir terlihat. Pada saat kapal Titanic tenggelam, saat itu usia kapten Edward sekitar 69 tahun. Namun setelah berpuluh puluh tahun mengapung apung di lautan, saat ditemukan, Kapten Smith ini masih terlihat seperti masih berusia 69 tahun, padahal usianya seharusnya sudah 139 tahun lebih.
Korban kedua adalah seorang wanita bernama Wenny Kathe, yang ditemukan diatas sebuah gunung es, setahun sebelum kapten Smith ditemukan. Kondisinya juga sama seperti Kapten Smith, seakan akan kapal nahas yang mereka tumpangi baru saja tenggelam beberapa hari lalu.
Kantor pelayaran telah menemukan daftar nama penumpang dari Kapal Titanic, dan menyatakan keaslian identitas diri mereka. Smith, kapten kapal Titanic dan penumpangnya yang bernama Wenny Kathe adalah saksi hidup atas bukti tentang orang hilang yang muncul kembali melalui lintasan lorong waktu.
Kejadian nyata, tentang mereka yang menghilang dan muncul kembali secara misterius sangat menarik perhatian orang banyak. Ilmuwan Amerika yang bernama Ado Snandick berasumsi, mata seorang manusia tidak bisa melihat tentang keberadaan suatu benda dalam ruang lain, itulah bentuk obyektifitas dari keberadaan lorong waktu. Sepanjang sejarah, orang, kapal-kapal, pesawat terbang dan lain-lain sebagainya yang kabarnya hilang secara misterius seperti yang sering kita dengar di wilayah perairan Segitiga Bermuda, sebenarnya telah masuk ke dalam lorong waktu yang misterius ini.
Dalam penyelidikannya terhadap lorong waktu, John Buckally mengemukakan hipotesisnya sebagai berikut. Pertama, obyektifitas dari eksistensi lorong waktu sifatnya kematerialan, tidak terlihat, tidak bisa disentuh, tertutup untuk dunia kehidupan umat manusia, namun tidak tetap, karena terkadang ia akan membukanya.
Kedua, antara lorong waktu dengan dunia manusia bukanlah sebuah sistem waktu, setelah menapaki seperangkat sistem waktu, ada kemungkinan akan kembali ke masa lalu yang sangat jauh, atau mungkin memasuki masa depan yang sangat jauh juga, karena di dalam lorong waktu tersebut, waktu bersifat searah ataupun berlawanan arah, bisa bergerak lurus namun juga bisa berbalik, dan bahkan bisa diam dan membeku.
Ketiga, terhadap dunia fana di bumi, jika telah memasuki lorong waktu, bisa berarti hilang secara misterius, dan jika keluar lagi dari lorong waktu itu, maka dapat dikatakan adalah muncul lagi dengan cara yang misterius.
Disebabkan karena lorong waktu dan bumi bukanlah merupakan sebuah sistem waktu, dan karena dikatakan waktu bisa saja diam membeku, maka meskipun telah hilang selama 3, 5 atau bahkan 30 atau 50 tahun, waktunya bisa saja sama seperti dengan satu atau setengah hari. Dalam ajaran Agama Buddha terdapat satu bait penuturan yang berbunyi: “Bagaikan sehari di kahyangan, tapi rasanya sudah ribuan tahun lamanya di bumi,” sepertinya memiliki makna kebenaran yang sangat dalam.
0 comments:
Post a Comment